Acintya, sebuah konsep yang mendalam dalam kepercayaan Hindu, terdapat dalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3, dan Manawardharmasastra 1.3. Istilah ini ditemukan dalam bentuk Acintyah, Acintyam, atau Acintyasa, menggambarkan sifat yang tidak terfikirkan.
Menurut Bhuwana Kosa, Acintyam diartikan sebagai Suksma Tar Keneng Angen-angen, merujuk pada kegaiban dan ketidakfikiran. I Gusti Ketut Widana, dalam "Mengenal Budaya Hindu di Bali," menyatakan bahwa Acintya mencerminkan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan, bahkan dapat menjadi simbol atau perwujudan kemahakuasaan tersebut.
Sumber kedua menambahkan dimensi lain tentang Acintya sebagai wujud Tuhan yang tak terpikirkan, diungkapkan melalui motif Sang Hyang Acintya pada ulon belakang singhasana Padmasana. Tarian Sang Hyang Acintya, mirip dengan Sivanataraja, dianggap sebagai penciptaan alam semesta.
Dalam Mantram Panca Sembah, Acintya disebut sebagai cintyàya, Dewata yang tak terpikirkan, maha tinggi, dan maha gaib. Konsep ini mencerminkan sifat Atman yang tak terpikirkan, karena pikiran dan kata-kata tak mampu mencapai-Nya.
Bhagavadgita II.25, XII.3 menegaskan Acintya sebagai symbol atau perwujudan kemahakuasaan Tuhan yang tidak terpikirkan. Sifat yang sebenarnya tidak dapat dipikirkan, ternyata dapat diwujudkan melalui media penggambaran, relief, atau pematungan.
Dengan demikian, Acintya membuka jendela spiritualitas Hindu, mengajarkan bahwa apa yang tak terpikirkan dapat terwujud melalui ekspresi budaya dan simbolisasi, mengundang penghayatan mendalam terhadap misteri kemahakuasaan Tuhan.